POTRET STUNTING DI INDONESIA

249

Penurunan stunting di Indonesia menunjukkan progres signifikan, dengan angka prevalensi nasional berhasil ditekan hingga 19,8% pada tahun 2024 sesuai hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, Capaian ini merupakan hasil intervensi yang dilakukan selama lima tahun terakhir, di mana prevalensi stunting menurun secara bertahap dari 27,7% pada 2019. Hal ini menunjukkan upaya meningkatkan kualitas kesehatan anak dan sumber daya manusia di Indonesia berjalan pada sesuai target dan perencanaan.

Meskipun secara nasional terjadi penurunan, data infografis juga memperlihatkan adanya disparitas antar daerah. Beberapa provinsi telah mencapai prevalensi yang sangat rendah, jauh di bawah rata-rata nasional. Bali menjadi yang terbaik dengan prevalensi hanya 8,6%, diikuti oleh Jawa Timur (14,7%) dan Kepulauan Riau (15%). Keberhasilan di provinsi-provinsi ini dapat menjadi model bagi wilayah lain.

Baca Juga  Pelaksanaan Selisih Biaya Melalui Skema Koordinasi Manfaat Dalam Program JKN

Di sisi lain, tantangan besar masih dihadapi oleh beberapa provinsi dengan prevalensi stunting yang sangat tinggi. Papua Barat Daya memiliki prevalensi 30,5%, Sulawesi Barat 35,4%, dan yang tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan 37%. Angka-angka ini menunjukkan perlunya fokus dan intervensi yang lebih intensif serta target yang lebih spesifik di wilayah-wilayah tersebut untuk mengejar ketertinggalan dan mencapai angka nasional.

Secara keseluruhan, kunci keberhasilan pencegahan stunting terletak pada intervensi yang dilakukan selama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang meliputi periode prenatal, kelahiran, dan postnatal. Dengan strategi dan intervensi yang tepat, penurunan stunting di Indonesia dapat terjadi percepatan untuk mencapai target. (Desain dan Naskah Fachrudin Ali/Edit Timker HDI)