Pemanfaatan Data Beban Penyakit untuk Transformasi Kebijakan Kesehatan

21

Jakarta – Stroke menjadi penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Menurut data dari Institute Health Metrics and Evaluation (IHME), Global Burden of Disease (GBD) tahun 2023, tekanan darah tinggi dan kegemukan/obesitas merupakan penyebab utama terjadinya stroke yang menyumbang sekitar 7,1% dari total beban penyakit di Indonesia. Jumlah ini setara dengan sekitar 6,7 juta tahun kehidupan sehat yang hilang (DALYs), baik karena kematian dini maupun disabilitas akibat stroke.

Dipaparkan Lubna Bhatti dari World Health Organization (WHO) Indonesia pada kegiatan Webinar Internasional: “Burden of Disease Data to Inform Policy Decision, a Case of Stroke Burden” pada Rabu (5/11), Stroke bisa juga disebut serangan otak. Stroke terjadi ketika pembuluh darah di otak tersumbat atau pecah, yang menyebabkan banyak pendarahan dan kerusakan jaringan. Tingkat keparahannya bergantung pada area afektif otak dan seberapa luas penyumbatannya. Otak membutuhkan suplai darah dan setiap detik yang hilang akan berdampak. Akibatnya, risiko kematian dan kecacatan sedang hingga berat pada orang yang selamat dari stroke menjadi tinggi.

Apa saja faktor risiko Stroke? Menurut Lubna ada beberapa faktor risiko yang tidak dapat diubah, yaitu usia dan jenis kelamin. Dikatakan Lubna wanita lebih mungkin terkena stroke. Selain itu usia harapan hidup sedikit lebih tinggi. Seiring bertambahnya usia, pembuluh darah menjadi lebih kencang dan kurang lentur, yang jelas meningkatkan risiko. Riwayat keluarga diketahui juga berperan dalam kejadian Stroke.

“Namun ada faktor risiko yang dapat diubah. Stroke sangat dapat dicegah, dan 80% beban Stroke disebabkan oleh faktor-faktor risiko ini yang dibagi menjadi empat kategori yaitu Faktor Risiko Perilaku, Faktor Risiko Pola Makan, Faktor Risiko Lingkungan dan Pekerjaan serta Faktor Risiko Metabolik,” jelas Lubna.

Baca Juga  Pelepasan Pejabat Tinggi Pratama dan Peneliti Kesehatan Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK)

Dikutip Lubna dari laporan GBD terbaru tentang Stroke, pada Faktor Risiko Perilaku yang terbesar adalah merokok dan juga paparan asap rokok. Kemudian konsumsi alkohol dan tingkat aktivitas fisik yang rendah. Pada Faktor Risiko Pola Makan yaitu pola makan tinggi natrium, daging merah, dan daging olahan. Pada Faktor Risiko Metabolik adalah kelebihan berat badan dan obesitas yang tercermin dalam Indeks Massa Tubuh (IMT) tinggi, diabetes, dan hipertensi yang meningkatkan kadar lipid dalam darah. Satu hal baru yang muncul dan memainkan peran penting bagi Indonesia adalah munculnya Faktor Risiko Lingkungan dengan adanya polusi udara.

Hal senada disampaikan Direktur Institut Stroke dan Ilmu Saraf Terapan, Universitas Auckland Prof. Valery Feigin, menurutnya salah satu penyebab mendasar dari meningkatnya beban stroke adalah peningkatan paparan terhadap faktor risiko terpenting seperti tekanan darah sistolik tinggi yang menjelaskan hampir 60% beban stroke. Dan faktor risiko lainnya, selain tekanan darah tinggi seperti berat badan berlebih, suhu lingkungan tinggi, glukosa plasma puasa tinggi, pola makan yang buruk, dan aktivitas fisik yang rendah.

“Stroke bukan lagi penyakit lansia. Secara global 63% kasus stroke sudah terjadi pada orang di bawah usia 70 tahun. Di Indonesia angkanya mencapai 66% bahkan lebih tinggi daripada angka global. Dan ada peningkatan 100% dalam jumlah orang yang terkena stroke sebelum usia 70 tahun di Indonesia sejak tahun 1990. Jadi ada peningkatan beban yang sangat besar, “ ujar Prof. Valery.

Baca Juga  Platform Pendanaan untuk Pencegahan, Persiapan dan Respon terhadap Pandemi

Lebih lanjut dijelaskan Prof. Valery berdasarkan pengamatan di Indonesia dan data terbaru GBD 2023 terdapat peningkatan insiden stroke di Indonesia pada kelompok usia di bawah 75/70 tahun sebesar 32% selama 30 tahun terakhir. Namun terjadi penurunan pada kelompok usia di atas 70 tahun. Lebih dari 12 juta orang menderita stroke baru setiap tahun, dan di Indonesia, angkanya juga cukup mengesankan, yaitu 664.000 orang menurut data GBD terbaru. Stroke yang disebabkan oleh tekanan darah sistolik tinggi di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Jadi, banyak yang perlu dilakukan untuk mengendalikan tekanan darah di Indonesia.

“Faktor risiko yang harus diprioritaskan dalam penanganan stroke adalah tekanan darah sistolik tinggi, pola makan, dan polusi udara, terutama polusi udara rumah tangga yaitu merokok. Bagaimana cara menghentikan Stroke? Satu-satunya cara untuk mengurangi beban stroke adalah pencegahan primer. Hanya dengan cara ini kita dapat mengurangi kejadiannya,” tegas Prof. Valery.

Masukan dari dua narasumber tersebut sangat penting bagi Indonesia. Dengan memahami beban stroke secara rinci termasuk faktor risiko yang mendasarinya dapat membantu pemerintah Indonesia merumuskan kebijakan yang lebih tajam, mulai dari promosi kesehatan, deteksi dini, hingga penguatan sistem layanan rujukan. GBD memberikan gambaran komprehensif mengenai masalah kesehatan yang ada di masyarakat dengan mengukur mortalitas, morbiditas, dan disabilitas. Data ini sangat vital untuk menentukan prioritas masalah kesehatan, alokasi sumber daya, serta merancang program pencegahan dan pengendalian penyakit.

Baca Juga  Semangat Inovasi HKN ke-61: Mewujudkan Layanan Kesehatan Berkualitas Melalui HTA

Banyak negara telah berhasil memanfaatkan data beban penyakit untuk mentransformasi kebijakan kesehatan mereka. Webinar internasional ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional ke-61 sekaligus sebagai sarana untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman negara lain dalam  pemanfaatan data beban penyakit untuk membuat kebijakan kesehatan yang lebih baik. Rekomendasi strategis dari hasil diskusi dalam Webinar ini antara lain pemerintah dapat mengintegrasikan data beban penyakit kedalam kebijakan perencanaan program dan anggaran kesehatan di masa yang akan datang.

Selain menghadirkan dua narasumber tersebut, BKPK juga menghadirkan ahli GBD dengan spesialisasi pada penyakit tidak menular/stroke dari lembaga internasional seperti Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), World Stroke Organization, dan Vital Strategies yang memiliki pengalaman sukses dalam menerapkan data beban penyakit untuk kebijakan pengendalian stroke.

Direktur Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Mahar Marjono, Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri, dan Deputi Direksi Bidang Manajemen Data dan Informasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan juga menjadi narasumber penting dalam Webinar ini, membahas tentang pembangunan ekosistem data nasional yang terintegrasi. Dimulai dari data induk tunggal Dukcapil, kerangka statistik vital BPS, platform data Kemenkes, hingga data utilisasi BPJS Kesehatan. Indonesia sedang beralih dari silo data menuju sistem pengambilan kebijakan yang cerdas dan terpadu untuk mengatasi beban penyakit dan meningkatkan kesehatan publik. (Penulis Kurniatun Karomah, Editor: Timker KSISDK Pusjak SSDK)