Hasil Utama SKI 2023

FAQ Seputar Hasil Utama SKI 2023

Status Gizi Pada Anak Di Bawah Lima Tahun (Balita) Stunting, Underweight, Wasting, Dan Overweight

  • Bagaimana definisi operasional yang dipakai untuk mengukur status gizi pada anak di bawah lima tahun (balita)?
    1. Status gizi anak balita diukur berdasarkan ukuran antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan anak balita ditimbang menggunakan timbangan digital yang memiliki presisi 0,05 kg, sedangkan tinggi badan diukur menggunakan alat ukur tinggi badan dengan presisi 0,1 cm. 
    2. Status gizi balita dihitung menggunakan tiga indeks antropometri, yaitu Berat Badan menurut umur (BB/U), Tinggi badan menurut umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan BB/TB.
    3. Dikategorikan stunting (zscore TB/U <-2 SD Standar WHO), wasting (Zscore BB/TB <-2 SD Standar WHO) dan underweight (zscore BB/U <-2SD Standar WHO) serta overweight (Zscore BB/TB >2 SD Standar WHO).
  • Bagaimana definisi operasional yang dipakai untuk mengukur status gizi pada anak di bawah lima tahun (balita)?
    1. Status gizi anak balita diukur berdasarkan ukuran antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan anak balita ditimbang menggunakan timbangan digital yang memiliki presisi 0,05 kg, sedangkan tinggi badan diukur menggunakan alat ukur tinggi badan dengan presisi 0,1 cm. 
    2. Status gizi balita dihitung menggunakan tiga indeks antropometri, yaitu Berat Badan menurut umur (BB/U), Tinggi badan menurut umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan BB/TB.
    3. Dikategorikan stunting (zscore TB/U <-2 SD Standar WHO), wasting (Zscore BB/TB <-2 SD Standar WHO) dan underweight (zscore BB/U <-2SD Standar WHO) serta overweight (Zscore BB/TB >2 SD Standar WHO).
  • Bagaimana hasil utama untuk status gizi pada balita?
    1. Tren Balita stunting nasional 2023 turun menjadi 21,5%. Terdapat 19 Provinsi yang juga mengalami Penurunan. Ada 4 provinsi yang alami penurunan terbesar yakni Provinsi Bali (7,2%), Jambi (13,5%), Riau (13,6%), Lampung (14,9%). Untuk 4 provinsi yang alami kenaikan stunting tertinggi yakni Provinsi NTT (37,9%), Papua (33,6%), Sulawesi Barat (30,3%), dan Sulawesi Tenggara (30%)
    2. Pencegahan Stunting sebaiknya dilakukan pada sebelum dan sesudah kehamilan. Pada masa setelah kelahiran bisa dititkberatkan pada kelompok umur 6-11 Bulan dan 12-23 bulan karena terdapat kenaikan prevalensi yang cukup tinggi pada kedua kelompok umur tersebut.
    3. Angka Balita Underweight secara nasional mengalami penurunan menjadi 15,9% dengan provinsi yang alami penurunan tertinggi adalah Provinsi Bali (5,7%), Jambi (8,9%), Bengkulu (10,7%), dan Lampung (12,3%). Untuk provinsi yang alami kenaikan tertinggi adalah Provinsi NTT (29,7%), Maluku (25,1%), Sulawesi Tengah (24,4%) dan Sulawesi Tenggara (23,9%)
    4. Angka balita Wasting secara nasional meningkat dari 7,7% (2022) menjadi 8,5% (2023). Provinsi yang mengalami kenaikan tertinggi adalah Provinsi Maluku Utara (15,8%), Maluku (15,4%), Papua (14,2%) dan Aceh (13,6%). Untuk provinsi yang alami kenaikan terendah adalah Provinsi Bali (3,6%), Kepulauan Riau (6,4%), Jawa Barat (6,4%) dan Jambi (6,6%)
    5. Angka Balita overweight nasional meningkat dari 3,5% (2022) menjadi 4,2% (2023)
  • Kami melakukan pendampingan saat pengumpulan data enumerator dengan melakukan pencatatan secara manual, tapi mengapa hasil angka stuntingnya jauh sekali dengan yang dipublikasikan?
    1. Data yang dikirimkan ke server adalah data yang dientri oleh enumerator. Setelah data diterima maka dilakukan cleaning, untuk data yang outlier akan dikonfirmasi lewat PJT dan diteruskan ke enumerator. 
    2. Tahap selanjutnya adalah perhitungan status gizi dengan data yang lengkap BB dan TB menggunakan aplikasi WHO Antro 2005 dan menghasilkan nilai Z-score. Z-score yang outlier menurut WHO akan ditandai dari aplikasi dan selanjutnya akan dikeluarkan dari data record. Data yang dianalisis adalah data yang sudah melalui tahap cleaning.  
    3. SKI 2023 menghasilkan keterwakilan kabupaten/kota sehingga dalam perhitungan prevalensi stunting menggunakan pembobotan yang ditentukan oleh BPS pusat. Pembobotan untuk menghitung bahwa angka prevalensi bisa mewakili balita pada populasi tersebut
  • Apakah melalui data SKI dapat diidentifikasi capaian faktor- faktor yang mempengaruhi stunting?

    Iya. Data SKI dapat mengidentifikasi capaian faktor- faktor yang mempengaruhi stunting 

ASI Eksklusif

  • Bagaimana hasil utama untuk ASI Eksklusif?
    1. Proporsi ASI Eksklusif 0-5 bulan secara nasional adalah 68,6%. Provinsi dengan proporsi tertinggi adalah Provinsi NTB (87,9%), Jambi (81,3) dan NTT (79,7%). Provinsi dengan proporsi terendah adalah Provinsi Gorontalo (47,4%), Papua Barat Daya (47,7%) dan Sulawesi Utara (52%). 
    2. Proporsi ASI Eksklusif 6 bulan (usia 6 – 23 bulan) secara nasional sebesar 55,5%. Provinsi dengan proporsi tertinggi adalah Provinsi DI Jogjakarta (71,4%), NTB (68,7%), dan Jambi (68,2%). Provinsi dengan proporsi terendah adalah Papua Selatan (33,4%), Papua Barat (35,9%) dan Gorontalo (37,6%).
  • Bagaimana definisi operasional ASI Eksklusif?

    Terdapat 2 indikator ASI eksklusif yaitu ASI eksklusif 0-5 bulan dan ASI eksklusif 6 bulan. 

    1. Definisi ASI eksklusif 0-5 bulan adalah bayi 0-5 bulan yang hanya menerima ASI saja, tidak diberikan makanan atau minuman lain termasuk air putih (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes) dalam 24 jam terakhir. 
    2. Definisi ASI Eksklusif 6 bulan adalah anak umur 6-23 bulan yang diberikan ASI saja selama 6 bulan. Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif selama 6 bulan pada SKI 2023 merupakan komposit dari pertanyaan anak umur 6-23 bulan masih disusui atau anak sudah tidak disusui/diberi ASI (Air Susu Ibu), baru mulai dikenalkan makanan/minuman selain ASI pada umur ≥ 6 bulan, sebelum disusui yang pertama kali tidak pernah diberi minuman (cairan) atau makanan selain ASI.

Imunisasi Dasar Lengkap

  • Bagaimana definisi operasional Imunisasi Dasar Lengkap pada anak?
    1. Informasi riwayat imunisasi dikumpulkan berdasarkan ingatan/pengakuan responden dan dokumen/catatan dalam buku KIA atau buku kesehatan anak lainnya, Apabila salah satu dari kedua sumber tersebut menyatakan bahwa anak sudah diimunisasi, maka anak tersebut sudah diimunisasi untuk jenis yang ditanyakan.
    2. Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan pada anak umur 0-12 bulan. Jenis imunisasi dasar yang diberikan terdiri dari imunisasi HB-0, imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT-HB/DPT-HB-HiB, imunisasi Polio lengkap (empat kali OPV dan satu kali IPV atau tiga kali imunisasi IPV) dan imunisasi Campak-Rubella (MR). Pada buku saku ditampilkan proporsi imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12- 23 bulan.
  • Bagaimana hasil utama untuk capaian imunisasi dasar lengkap?
    1. Hanya 35,8% anak Indonesia pada umur 12- 23 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap sesuai petunjuk teknis terbaru. 
    2. Provinsi dengan capaian tertinggi pemberian imunisasi dasar lengkap adalah Provinsi Bali (73,5%), DI Yogyakarta (68,9%), Jawa Tengah (54,7%), Jawa Timur (50,7%) dan DKI Jakarta (42,4%). Untuk provinsi dengan cakupan terendah adalah Provinsi Aceh (3,9%), Papua Pegunungan (4%), Papua tengah (10,3%), Riau (13,9%) dan Sumatera Barat (15,6%)
    3. Dibandingkan kondisi 2018, Imunisasi Dasar Lengkap pada Anak Umur 12-23 Bulan Tahun 2023 juga Masih Belum Memenuhi Target, Bahkan Menurun

Kunjungan Neonatal

  • Bagaimana hasil utama untuk capaian Kunjungan Neonatal?
    1. Proporsi Riwayat Kunjungan Neonatal Lengkap pada Anak Umur 0-59 bulan secara nasional sebesar 40,5%
    2. Anemia pada Ibu Hamil Menurun 21,2% (dari 48,9% menjadi 27,7%. Prevalensi Tertinggi Ditemukan pada Usia 35-44 Tahun
  • Bagaimana definisi operasional Kunjungan Neonatal?
    1. Kunjungan neonatal adalah kunjungan pada bayi baru lahir usia 0 – 28 hari untuk mendapatkan pelayanan neonatal sesuai standar (kuantitas dan kualitas). Pada buku ini ditampilkan proporsi kunjungan neonatal yang memenuhi standar kuantitas yaitu kunjungan neonatal paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada hari ke 3-7 dan 1 kali pada hari ke 8-28 setelah lahir. 
    2. Indikator Cakupan Kunjungan Neonatal Pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 merupakan indikator baru, pengembangan dari Cakupan Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) yang sebelumnya terdapat pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015- 2019.

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

  • Bagaimana definisi operasional Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)?

    Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Pada hasil SKI proporsi BBLR adalah proporsi anak umur 0-59 bulan yang memiliki riwayat berat badan lahir rendah (< 2500 gram) berdasarkan dokumen (Buku KIA, buku catatan kesehatan anak lainnya) atau ingatan responden.

  • Bagaimana hasil utama untuk capaian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)?
    1. Proporsi Berat Badan Lahir Pada Anak Umur 0-59 Bulan berdasarkan dokumen secara nasional sebesar 6,1%
    2. Proporsi Berat Badan Lahir Pada Anak Umur 0-59 Bulan berdasarkan dokumen/ingatan responden secara nasional sebesar 6,2%

Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care/ANC)

  • Bagaimana definisi operasional yang dipakai untuk Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care/ANC)?

    Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan kehamilan yang diterima ibu pada masa kehamilan anak terakhir dan diberikan oleh tenaga kesehatan, meliputi dokter (dokter umum dan/atau dokter kandungan), bidan dan perawat. 

    Proporsi ANC K1 Murni

    Pelayanan kesehatan yang diterima pada masa kehamilan anak terakhir oleh tenaga kesehatan, dan pemeriksaan kehamilan tersebut pertama kali dilakukan pada masa kehamilan trimester pertama.

    Proporsi ANC K4

    Pelayanan pemeriksaan kesehatan kehamilan oleh tenaga kesehatan dengan frekuensi ANC selama masa kehamilan anak terakhir minimal 4 kali sesuai kriteria yaitu minimal 1 kali pada masa kehamilan trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga.

    Proporsi ANC K6

    Kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis/kebidanan untuk mendapatkan pelayanan antenatal terpadu dan komprehensif sesuai standar selama kehamilannya minimal 6 kali selama kehamilannya dengan distribusi waktu: 1 kali pada trimester kesatu (0-12 minggu), 2 kali pada trimester kedua (>12 minggu – 24 minggu), dan 3 kali pada trimester ketiga (>24 minggu sampai dengan kelahiran), dimana minimal 2 kali ibu hamil harus kontak dengan dokter (1 kali di trimester 1 dan 1 kali di trimester 3).

  • Bagaimana hasil utama untuk capaian ANC?
    1. Pemeriksaan Kehamilan Tepat pada Masa Kehamilan di Trimester 1 (K1 Murni) Meningkat dari 0,7% (dari 86,0% menjadi 86,7%)
    2. Tren Pemeriksaan Kehamilan (ANC K4) tahun 2023 Menurun Sebesar 6% (dari 74,1% menjadi 68,1%)
    3. Pemeriksaan Kehamilan K6 Tahun 2022-2023 Hanya Mencapai 17,6%

Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

  • Bagaimana hasil utama untuk capaian Penolong persalinan oleh tenaga Kesehatan?

    Proporsi Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan pada Perempuan Umur 10-54 Tahun secara nasional sebesar 96,1%

  • Bagaimana definisi operasional yang dipakai mengukur Penolong persalinan oleh Tenaga Kesehatan?

    Tenaga kesehatan yang membantu proses persalinan meliputi dokter umum, dokter kandungan (dokter spesialis kandungan dan kebidanan), bidan dan perawat. 

Persalinan Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (FASYANKES)

  • Bagaimana definisi operasional yang dipakai mengukur Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes)?

    Pada SKI tahun 2023, tempat persalinan yang ditanyakan adalah tempat yang dijadikan lokasi persalinan anak terakhir. Tempat persalinan dapat terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Klinik, Puskesmas/Pustu/Pusling dan Praktik Tenaga Kesehatan), tempat pelayanan lain (poskesdes, polindes), rumah, atau lainnya (contoh: alat transportasi). Pada buku ini ditampilkan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan dimana menurut Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2016 yang dapat dikaitkan dengan pelayanan persalinan yaitu Rumah Sakit, Klinik, Puskesmas/Pustu/Pusling dan Praktek Nakes.

  • Bagaimana hasil utama dari Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes)?

    Proporsi Tempat Persalinan di Fasyankes yang Dimanfaatkan oleh Perempuan Umur 10-54 Tahun secara nasional sebesar 89,9%.  

Pelayanan Nifas

  • Bagaimana definisi operasional yang dipakai untuk mengukur Pelayanan Nifas?

    Pelayanan kesehatan ibu yang diperoleh selama 42 hari setelah proses persalinan, minimal 4 kali meliputi : KF 1 (6 jam sampai 2 hari setelah melahirkan), KF 2 (3 sampai 7 hari setelah melahirkan), KF 3 (8 – 28 hari) dan KF 4 (29 sampai 42 hari setelah melahirkan) dan diharapkan mendapatkan pelayanan lengkap (KF1, KF2, KF3, dan KF4).

  • Bagaimana hasil utama dari capaian Pelayanan Nifas?

    Proporsi Pelayanan Masa Nifas pada Perempuan 10-54 Tahun secara nasional sebesar 26,8% 

Penyakit Menular (ISPA, Pneumonia, Diare, TB Paru, Malaria)

  • Bagaimana definisi operasional penyakit ISPA?

    Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ditanyakan pada semua responden semua umur dalam kurun waktu 1 (satu) bulan sebelum pengumpulan data, Prevalensi ISPA menurut riwayat diagnosis diukur melalui pertanyaan: “Dalam 1 bulan terakhir, apakah responden pernah di diagnosis ISPA oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan)?” Jika menjawab tidak, maka ditanyakan riwayat mengalami gejala ISPA melalui pertanyaan yang menanyakan demam, batuk kurang dari 2 minggu, pilek/hidung tersumbat dan sakit tenggorokan, Jika responden menjawab pernah mengalami gejala tersebut, maka responden dianggap mengalami ISPA.

  • Bagaimana hasil utama dari ISPA?
    1. Prevalensi ISPA berdasarkan diagnosis atau gejala pada semua umur secara nasional sebesar 23,5% dengan prevalensi provinsi tertinggi adalah Papua Pegunungan (41,7%) dan Provinsi Papua Tengah (39,4%) dan Nusa Tenggara Timur (36,3%). Provinsi terendah adalah Kepulauan Riau (11,4%) dan Bangka Belitung (12,4%).
    2. Prevalensi ISPA pada balita meningkat hampir 3 kali lipat dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2018 (ISPA: 12,8% menjadi 34,2%).
  • Bagaimana definisi operasional untuk penyakit Pneumonia?

    Data diagnosis dan gejala Pneumonia diperoleh melalui wawancara dengan pertanyaan “Dalam 1 tahun terakhir, apakah Responden pernah didiagnosis (D) menderita radang paru (Pneumonia) dengan dilakukan foto dada (foto rontgen) oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)?” Jika menjawab ketiganya maka dikatakan pneumonia, Jika menjawab tidak, maka ditanyakan riwayat mengalami gejala (G) pneumonia, melalui pertanyaan “Dalam 1 tahun terakhir, apakah Responden mengalami demam disertai dengan batuk dan kesulitan bernapas?

  • Bagaimana hasil utama dari Pneumonia?
    1. Prevalensi Pneumonia berdasarkan diagnosis atau gejala pada semua umur secara nasional sebesar 10,8% dengan provinsi tertinggi adalah Papua Pegunungan (36,6%), dan Papua Tengah (25,8%) dan Nusa Tenggara Timur (22,1%). Provinsi terendah adalah Bali (4,6%) dan Kepulauan Riau (5,1%).
    2. Prevalensi Pneumonia Balita meningkat hampir 3 kali lipat dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2018. (Pneumonia: 4,8% menjadi 15,0%)
  • Bagaimana definisi operasional untuk penyakit Diare?
    1. Kasus diare diukur dengan wawancara kepada semua kelompok umur Responden, dengan menanyakan diagnosis yang dilakukan oleh nakes (dokter/perawat/bidan), selain itu juga ditanyakan tentang gejala yang pernah dialami dalam 1 bulan terakhir.
    2. Prevalensi diare dihitung dengan menggabungkan kasus diare baik diagnosis maupun hanya memiliki gejala. Pada bayi usia 0-28 hari (neonatus), dikatakan kasus diare jika Responden mengaku didiagnosis diare oleh tenaga kesehatan atau jika pernah mengalami gejala diare meliputi diare meliputi BAB > 3 x/ hari dengan konsistensi lembek atau cair. Selain neonatus jika Responden menjawab lebih dari 3x/hari dengan konsistensi kotoran lembek/cair, maka dianggap diare.
  • Bagaimana hasil utama dari Diare?
    1. Prevalensi Diare berdasarkan diagnosis atau gejala pada semua umur secara nasional sebesar 4,3% dengan provinsi tertinggi adalah Papua Tengah (16,1%) dan Papua Pegunungan (14,6%). Provinsi terendah adalah Kepulauan Riau (2,1%), Kalimantan Utara (2,2%) dan Bangka Belitung (2,3%)  
    2. Prevalensi diare pada balita menurun 4,9% dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2018 (dari 12,3% menjadi 7,4%).
  • Bagaimana definisi operasional untuk TB Paru?

    Penyakit TBC Paru ditanyakan pada responden untuk kurun waktu ≤1 tahun berdasarkan riwayat diagnosis tenaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak, foto toraks atau keduanya pada semua umur. Prevalensi TBC Paru adalah persentase responden yang pernah didiagnosis menderita TBC Paru oleh dokter terhadap jumlah total responden.

  • Bagaimana hasil utama dari TB Paru?
    1. Prevalensi Tuberkulosis pada Penduduk Semua Umur Berdasarkan Diagnosis Dokter Menurun 0,1% (dari 0,4% menjadi 0,3%). Provinsi tertinggi adalah Papua Tengah (1,15%) dan Papua Selatan (0,98%). Provinsi terendah adalah Bali (0,09%) dan Kepulauan Riau (0,10%)
    2. Terapi pengobatan yang diberikan melalui KDT (kombinasi dosis tetap, yaitu paket obat untuk satu periode pengobatan) dengan proporsi sebesar 61,3%, Kombipak (27,3%), Lepasan (16,7%), dan Suntik (5,8%).
    3. Proporsi adanya Pengawas Menelan Obat (PMO) secara Nasional adalah 61,2%.
  • Bagaimana definisi operasional untuk Malaria?

    Malaria adalah penyakit yang ditandai dengan panas tinggi yang dapat naik turun secara berkala disertai dengan gejala lain seperti menggigil, muka pucat, kepala sakit, pusing, tidak nafsu makan, mual, muntah, nyeri otot atau pegal-pegal. Penyakit ini disebabkan oleh parasit malaria dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis maupun dengan tes diagnostik cepat/RDT. 

    Pengobatan malaria yang digunakan oleh program malaria adalah Artemisinin Combination Treatment (ACT) yang merupakan kombinasi dari obat malaria golongan Artemisinin. Pemberian Artemisinin (ACT) 3 hari + primaquin 1 hari untuk penderita malaria akibat Plasmodium falcifarum dengan lama pemberian 3 hari, sedangkan pemberian Artemisinin (ACT) 3 hari + primaquin 14 hari diberikan untuk penderita malaria akibat Plasmodium vivax. Dengan demikian lama pemberian ACT dan Primaquin dapat menjadi proksi untuk mengetahui penyebab malaria yang pernah diderita oleh responden.

  • Bagaimana hasil utama dari Malaria dan DBD?
    1. Prevalensi Malaria pada penduduk semua umur berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan meningkat dibandingkan dengan Riskesdas 2018 sebesar 0,1% (dari 0,4% menjadi 0,5%). 
    2. Proporsi pengobatan menggunakan ACT 3 hari + Primaquin 1 hari sebesar 36,7%
    3. Proporsi pengobatan menggunakan ACT 3 hari + Primaquin 14 hari sebesar 22,9%
    4. Hasil pemeriksaan slide mikroskopik 5 dari 1.394 Slide Pemeriksaan Mikroskopik se-Indonesia, Positif Malaria. Ditemukannya gametosit Plasmodium falciparum menandakan transmisi lokal masih tinggi (sejalan dengan jumlah parasit >1.000/mikroliter)
    5. Prevalensi Demam Berdarah Dengue pada penduduk semua umur berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 0,6% pada tahun 2023

Penyakit Tidak Menular (Hipertensi dan DM)

  • Bagaimana definisi operasional Hipertensi?

    Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, namun dapat menyebabkan peningkatan risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada SKI tahun 2023, penentuan status hipertensi berdasarkan pengakuan responden pernah didiagnosis hipertensi oleh dokter, serta berdasarkan hasil pengukuran rata-rata tekanan darah dengan hasil tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.

  • Bagaimana hasil utama dari Hipertensi?
    1. Prevalensi hipertensi pada penduduk umur ≥15 tahun berdasarkan diagnosis dokter 8% dan berdasarkan pengukuran tekanan darah 29,2%. Sedangkan prevalensi hipertensi pada penduduk umur ≥18 tahun berdasarkan diagnosis dokter 8,6% dan berdasarkan pengukuran tekanan darah 30,8%.
    2. Terdapat celah pengetahuan status hipertensi di masyarakat, di mana terjadi perbedaan lebih dari 20% antara prevalensi berdasarkan diagnosis dokter dan hasil pengukuran tekanan darah baik pada penduduk umur ≥15 tahun maupun ≥18 tahun.
    3. Urutan tiga provinsi di Indonesia dengan prevalensi hipertensi penduduk umur ≥15 tahun berdasarkan pengukuran yang tertinggi adalah Kalimantan Tengah (38,7%), Kalimantan Selatan (34,1%), dan Jawa Timur (32,8%). Sedangkan urutan tiga provinsi di Indonesia dengan prevalensi hipertensi penduduk umur ≥18 tahun berdasarkan pengukuran yang tertinggi adalah Kalimantan Tengah (40,7%), Kalimantan Selatan (35,8%), dan Jawa Barat (34,4%).
  • Bagaimana definisi operasional Diabetes Melitus?

    Diabetes Melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Terdapat 2 tipe diabetes melitus yang paling sering terjadi yaitu diabetes tipe I (diabetes juvenile) yaitu diabetes yang umumnya didapat sejak masa kanak-kanak terutama akibat faktor genetik, dan diabetes tipe II yaitu diabetes yang umumnya didapat setelah dewasa dan dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat. Pada SKI tahun 2023, penentuan status diabetes berdasarkan pengakuan responden pernah didiagnosis diabetes oleh dokter, serta berdasarkan hasil pengukuran kadar gula darah puasa ≥126 mg/dl dan/atau kadar gula darah 2 jam pasca pembebanan ≥ 200 mg/dl.

  • Bagaimana hasil utama dari Diabetes Melitus?
    1. Prevalensi diabetes pada penduduk semua umur berdasarkan diagnosis dokter 1,7%. Sedangkan prevalensi diabetes pada penduduk umur ≥15 tahun berdasarkan diagnosis dokter 2,2% dan berdasarkan pemeriksaan kadar gula darah 11,7%.
    2. Terdapat celah pengetahuan status diabetes di masyarakat, di mana terjadi perbedaan 9,5% antara prevalensi berdasarkan diagnosis dokter dan prevalensi berdasarkan hasil pemeriksaan kadar gula darah pada penduduk umur ≥15 tahun.
    3. Urutan tiga provinsi di Indonesia dengan prevalensi diabetes berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur yang tertinggi adalah DKI Jakarta (3,1%), Jogjakarta (2,9%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Sedangkan urutan tiga provinsi di Indonesia dengan prevalensi diabetes berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15 tahun yang tertinggi adalah DKI Jakarta (3,9%), Jogjakarta (3,6%) dan Kalimantan Timur (3,1%).

Status Gizi Pada Dewasa (IMT dan Obesitas Sentral)

  • Bagaimana definisi operasional dari indeks massa tubuh (IMT)?

    Status gizi dewasa adalah penilaian status gizi penduduk di atas 18 tahun yang dinilai dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indikator status gizi yang digunakan untuk kelompok umur ini didasarkan pada pengukuran antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang disajikan dalam bentuk Indeks Massa Tubuh (IMT). Berikut adalah batasan IMT yang digunakan untuk menilai status gizi penduduk dewasa (>18 tahun) sebagai berikut:

    • Kategori wasting : IMT < 18,5
    • Kategori normal : IMT ≥ 18,5 – < 25,0
    • Kategori overweight : IMT ≥ 25,0 – < 27,0
    • Kategori obesitas : IMT ≥ 27,0
  • Bagaimana hasil utama dari obesitas?

    Prevalensi obesitas nasional 2023 pada penduduk umur >18 tahun meningkat dari 21,8% (2018) menjadi 23,4% (2023). Urutan tiga provinsi dengan obesitas tertinggi yaitu DKI Jakarta (31,8%), Papua (31,3%), dan Sulawesi Utara (30,6%).

  • Bagaimana definisi operasional dari obesitas sentral?

    Obesitas sentral atau obesitas abdominal adalah kumpulan lemak abdominal berlebih yang terdapat di daerah abdomen atau perut. Pengukuran lingkar perut dilakukan pada penduduk dewasa umur ≥ 15 tahun. Batasan obesitas sentral adalah jika nilai lingkar perut pada: laki-laki > 90 cm, perempuan > 80 cm.

  • Bagaimana hasil utama dari obesitas sentral?

    Prevalensi obesitas sentral pada penduduk umur > 15 tahun secara nasional sebesar 36,8%. Tiga provinsi teratas yaitu DKI Jakarta dan Sulawesi Utara sama-sama 45,7%, kemudian Papua tengah 44,3%.

Akses Layanan Kesehatan

  • Apa yang dimaksud dengan Akses Ke Fasyankes yang dikumpulkan di SKI 2023?

    Data tentang akses ke fasyankes adalah data yang dikumpulkan untuk mengetahui tingkat kemudahan akses masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan fasyankes. Tingkat kemudahan akses tersebut dilihat dari 3 hal yaitu: jenis moda transportasi, waktu tempuh dan biaya transportasi. Data tersebut dianalisis menggunakan Principal Component Analysis dan hasilnya dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu: Akses Mudah, Akses Sulit dan Akses Sangat Sulit.

  • Apakah bisa data hasil SKI 2023 untuk mengetahui Tingkat kemudahan akses ke fasyankes?

    Bisa dilakukan dengan Principal Component Analysis dari variabel jenis moda transportasi, waktu tempuh dan biaya transportasi dan hasilnya dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu: Akses Mudah, Akses Sulit dan Akses Sangat Sulit 

  • Bagaimana akses masyarakat Ke fasyankes dari hasil SKI 2023?

    ≤ 50 % tingkat kemudahan akses masyarakat ke berbagai fasyankes tergolong mudah. Fasyankes yang dimaksud Puskesmas dan jaringannya, klinik, praktek mandiri nakes, laboratorium kesehatan dan rumah sakit. 

  • Berapa banyak masyarakat Indonesia yang mengakses layanan kesehatan di luar negeri dan dari provinsi mana saja?

    Dalam 3 tahun terakhir, terdapat 0,1% rumah tangga Indonesia pernah mengakses pelayanan kesehatan di luar negeri. Lima provinsi terbanyak yang mengakses pelayanan ke luar negeri yaitu: Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Riau, Sumatra Utara, dan Aceh.

  • Apa jenis layanan kesehatan di luar negeri yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia?

    Layanan Medical Check Up (MCU) yaitu sebanyak 65,7%. 

  • Apa alasan masyarakat Indonesia memanfaatkan layanan kesehatan di luar negeri?

    Sebanyak 93,5% rumah tangga Indonesia mengatakan bahwa alasan memanfaatkan layanan kesehatan ke luar negeri karena fasilitas fasyankesnya lengkap. 

  • Fasyankes mana yang paling sering diakses masyarakat dalam 1 tahun terakhir?

    Fasyankes tingkat pertama (Puskesmas dan jaringannya serta Klinik/ Praktek Mandiri Nakes) merupakan fasyankes yang paling banyak diakses oleh masyarakat (83%).

  • Apa yang dimaksud pemanfaatan layanan kesehatan di luar negeri?

    Riwayat ruta dalam pemanfaatan, jenis layanan dan penilaian terhadap layanan kesehatan di luar negeri dalam 3 tahun terakhir. Pertanyaan ini berlaku untuk ruta yang KHUSUS berobat atau memeriksakan kesehatan ke luar negeri. 

Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter

  • Apa yang dimaksud dengan memperoleh antibiotik dengan resep dokter?

    Mendapatkan/membeli antibiotik dengan menggunakan resep dokter sebagai rujukan. Pada konteks SKI, antibiotik yang diperoleh dengan resep yang dimaksud dapat berupa antibiotik yang diperoleh setelah menebus resep dalam bentuk hardcopy, atau resep elektronik (e-prescription), dimana pasien dapat langsung mengambil obat ke instalasi farmasi/apotek yang terdapat pada fasilitas pelayanan kesehatan setelah berkonsultasi dengan dokter, maupun antibiotik yang diperoleh setelah responden berobat mengunjungi RS/Puskesmas/klinik/praktik mandiri dokter. Fasilitas kesehatan seperti RS/Puskesmas/ klinik yang tidak memiliki tenaga dokter sehingga responden diobati oleh perawat/bidan dimasukkan ke dalam perolehan obat dengan resep dokter dimana pelayanan kesehatan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah diberi wewenang oleh dokter.

  • Apa yang dimaksud dengan memperoleh antibiotik tanpa resep dokter?

    Yaitu mendapatkan antibiotik yang bertujuan sebagai pengobatan sendiri (swamedikasi) untuk mengatasi keluhan atau mengobati penyakit tanpa berkunjung ke dokter/ tenaga kesehatan/ fasilitas kesehatan dalam kurun waktu satu tahun terakhir.

  • Bagaimana hasil utama dari SKI 2023?
    1. Dalam 1 tahun terakhir, dari 22,1% responden yang menggunakan antibiotik, sebanyak 41,0% memperoleh antibiotik tanpa resep dokter. Adapun proporsi sumber perolehan antibiotik tanpa resep dokter sebanyak 61,3% berasal dari apotek/toko obat berizin. 
    2. Lima provinsi terendah dalam perolehan antibiotic oral tanpa resep dokter yakni D.I. Yogyakarta, Bali, Banten, Kalimantan Barat dan Papua Pegunungan. Adapun provinsi yang tertinggi tingkat perolehan antibiotic tanpa resep dokter yaitu Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Maluku, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.

Perilaku

  • Perilaku penduduk dalam mengonsumsi buah dan sayur diukur berdasarkan apa?

    Perilaku penduduk dalam mengonsumsi buah dan sayur diukur berdasarkan frekuensi dan porsi konsumsi buah dan sayur pada ART umur 5 tahun ke atas, dengan menghitung jumlah hari konsumsi dalam seminggu dan jumlah porsi rata-rata dalam sehari.

  • Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data Konsumsi Sayur dan Buah?

    Instrumen STEP wise dari World Health Organization (WHO). Penduduk dikategorikan “cukup” konsumsi sayur dan buah apabila mengonsumsi sayur dan/atau buah (kombinasi sayur dan buah) minimal 5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu. Dikategorikan ‟kurang‟ apabila konsumsi sayur dan buah kurang dari ketentuan di atas.

  • Bagaimana hasil utama SKI 2023?

    Sebanyak 67,5% penduduk ≥ 5 tahun mengonsumsi buah segar dan atau sayur perhari selama seminggu sebanyak 1-2 porsi. Proporsi penduduk ≥ 5 tahun sebanyak 96,7% kurang mengonsumsi sayur buah per hari dalam seminggu.

  • Perilaku Konsumsi Tembakau mencakup apa saja?

    Perilaku konsumsi tembakau termasuk kebiasaan konsumsi rokok hisap, rokok elektronik, shisha, dan tembakau kunyah. 

  • Perokok pasif mencakup apa saja?

    Perokok pasif mencakup perilaku merokok di dalam rumah atau dalam gedung bagi ART yang masih merokok dan berada di dekat orang yang merokok bagi ART yang tidak merokok. 

  • Apa yang dimaksud perilaku merokok saat ini, perilaku merokok di masa lalu dan tidak pernah merokok?

    Perilaku merokok saat ini mencakup kebiasaan merokok setiap hari atau kadang-kadang dalam sebulan terakhir. Perilaku merokok di masa lalu mencakup merokok setiap hari atau kadang-kadang di masa lalu. Tidak pernah merokok yaitu termasuk tidak pernah mencoba merokok sampai dengan saat pengumpulan data.

  • Berdasarkan apa diketahui perilaku merokok?

    Perilaku merokok dilakukan berdasarkan wawancara mengenai kebiasaan merokok dalam satu bulan terakhir. “Perokok aktif” adalah responden yang merokok setiap hari maupun kadang-kadang dalam 1 bulan terakhir, dengan jenis rokok hisap (putih, linting, kretek, elektronik, dan shisha). “Mantan perokok” adalah responden yang sudah tidak merokok lagi minimal dalam 1 bulan terakhir sampai dengan saat pengumpulan data. “Bukan perokok” adalah responden yang tidak pernah merokok selama hidupnya.

  • Perilaku merokok dan konsumsi tembakau ditanyakan kepada siapa?

    Perilaku merokok dan konsumsi tembakau ditanyakan pada ART umur ≥10 tahun. Pada bagian ini akan menyajikan indikator perilaku merokok dan perokok sekunder/pasif. Indikator terkait rokok dan tembakau termasuk sebagai berikut: perilaku merokok, umur pertama merokok, umur mulai berhenti merokok (bagi mantan perokok), jenis rokok, rata-rata batang rokok yang dikonsumsi, rata-rata harga rokok per bungkus yang di konsumsi, dan perilaku mengunyah tembakau.

  • Bagaimana Hasil Utama Perilaku Merokok dari SKI 2023?

    Prevalensi merokok pada penduduk umur ≥ 10 tahun dalam 1 bulan terakhir sebanyak 70,2% bukan perokok, 22,46% perokok setiap hari, 4,56% kadang-kadang merokok dan 2,8% merupakan mantan perokok.

  • Pengukuran Aktivitas Fisik menggunakan apa?

    Pengukuran aktivitas fisik dilakukan menggunakan pertanyaan yang merupakan modifikasi dari Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) dari WHO yang menjadi bagian dari instrumen STEPS WHO untuk mengukur dan monitoring faktor risiko penyakit tidak menular.

  • Gambaran perilaku Aktivitas Fisik yang dikumpulkan mencakup apa saja?

    Gambaran perilaku aktivitas fisik yang dikumpulkan mencakup kegiatan aktivitas fisik berat dan sedang pada kegiatan sehari-hari (gabungan saat bekerja atau di rumah, waktu senggang dan transportasi) dalam jumlah hari per minggu dan jumlah menit per hari, yang ditanyakan pada ART umur 10 tahun ke atas.

  • Apa yang dimaksud dengan Metabolic Equivalent Task (MET)?

    Metabolic Equivalent Task (MET) merupakan satuan pengeluaran energi dan digunakan untuk mengukur aktivitas fisik dalam menit. MET minute digunakan dalam mengukur volume aktivitas fisik individu. Skor MET sebagai dasar untuk perhitungan aktivitas fisik berat adalah 8. Skor MET sebagai dasar untuk perhitungan aktivitas fisik sedang adalah 4.

  • Kategori Aktivitas Fisik Berat Dan Sedang didasarkan pada apa?

    Aktivitas fisik berat adalah aktivitas fisik yang dilakukan selama ≥3 hari per minggu dan MET menit per minggu ≥1500. Aktivitas fisik sedang adalah aktivitas fisik sedang dilakukan selama ≥5 hari dalam seminggu dengan rata-rata lama aktivitas tersebut ≥150 menit dalam seminggu (atau >30 menit per hari).

  • Bagaimana Hasil SKI 2023 untuk Aktivitas Fisik?

    Sebanyak 62,6% proporsi aktivitas fisik pada penduduk usia ≥ 10 tahun berada pada kategori cukup. Adapun alasan tidak melakukan aktivitas fisik sebanyak 48,7% mengatakan tidak ada waktu.

Kesehatan Jiwa

  • Apa yang dimaksud dengan Gangguan Jiwa Psikosis/Skizofrenia?

    Gangguan jiwa psikosis/ skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang umumnya ditandai dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, disertai afek yang tidak wajar (inappropriate) or tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Dalam Bahasa awam disebut sebagai “ODGJ berat” atau “gila”.

  • Gejala khas Psikosis/Skizofrenia berupa apa saja?

    Gejala khas psikosis/skizofrenia berupa adanya waham dan/atau halusinasi yang menetap selama satu bulan atau lebih, disertai perilaku aneh seperti katatonik (kaku) atau agresivitas, serta gejala negatif yang berdampak signifikan kepada kualitas hidup keseluruhan.

  • Penilaian Depresi dalam SKI 2023 menggunakan apa?

    Penilaian depresi dalam SKI 2023 menggunakan Mini International Neuropsychiatric Interview (MINI) yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” atau “tidak”. Pertanyaan ditanyakan pewawancara pada individu berusia 15 tahun keatas dan tidak diwakili untuk kondisi 2 minggu terakhir. Responden dikategorikan mengalami depresi apabila menjawab “Ya” minimal 2 dari 3 pertanyaan utama (pertanyaan 1-3) dan jawaban “Ya” minimal 2 dari 7 pertanyaan tambahan (pertanyaan 4-10).

  • Masalah Kesehatan Jiwa dinilai menggunakan apa?
    1. Masalah kesehatan jiwa dinilai dengan Self Reporting Questionnaire-20 (SRQ) yang dikembangkan oleh WHO yang terdiri dari 20 butir pertanyaan. SRQ-20 adalah kuesioner yang biasa digunakan untuk skrining masalah kesehatan jiwa di masyarakat. Pada Riskesdas 2018, masalah kesehatan jiwa disebut sebagai gangguan mental emosional.
    2. Pertanyaan-pertanyaan SRQ ditanyakan pewawancara kepada ART umur ≥15 tahun dan tidak diwakili. Ke-20 butir pertanyaan ini mempunyai pilihan jawaban “ya” atau “tidak”. Responden harus menjawab semua pertanyaan. Nilai batas yang ditetapkan pada survei ini adalah 6, yang berarti apabila Responden menjawab minimal 6 atau lebih jawaban “ya”, maka Responden tersebut diindikasikan mengalami masalah kesehatan jiwa.
  • Prevalensi penduduk yang mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup diperoleh dari data apa?

    Dalam salah satu pertanyaan SRQ-20 menanyakan kepada ART, ”Dalam 1 bulan terakhir, apakah ART mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup?”. Melalui pertanyaan ini didapatkan prevalensi penduduk yang mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup.

  • Hasil SKI 2023?

    Prevalensi ruta yang memiliki ART dengan gangguan jiwa psikosis/skizofrenia sebanyak 4,0% dengan gejala dan 3.0% dengan gejala dan diagnosis.

Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi

  • Bagaimana hasil utama terkait Kesehatan Lingkungan dari SKI 2023?

    Sebanyak 31,7% sumber air minum utama untuk keperluan minum berasal dari air isi ulang, 14,6% berasal dari air ledeng/perpipaan dan 13,9% berasal dari sumur bor/pompa. Proporsi akses air minum layak rumah tangga sebesar 89,6% memiliki akses layak dasar, 3% akses layak terbatas, 6,2% akses tidak layak, dan sebanyak 1,2% tidak ada akses.

  • Bagaimana hasil utama terkait Sanitasi dari SKI 2023?
    1. Proporsi akses fasilitas BAB dan Perilaku penggunaan rumah tangga sebanyak 91,1% ada akses ke fasilitas BAB dan untuk penggunaan sendiri. Sebanyak 4,3% ada akses ke fasilitas BAB dan penggunaan bersama dengan rumah tangga lain (tertentu). Sebanyak 1,6% ada akses fasilitas BAB dan siapa pun dapat menggunakan, 0,2% ada akses fasilitas BAB namun tidak digunakan rumah tangga tersebut, serta 3% buang air besar sembarangan.
    2. Adapun proporsi lokasi tempat BAB rumah tangga sebanyak 87,2% berada di dalam rumah.