BOGOR – Focus Group Discussion (FGD) untuk Peningkatan Kapabilitas Kawasan ASEAN dalam Deteksi dan Penilaian Risiko Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan Penyakit Baru yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan resmi dibuka pada Rabu (27/11) di Bogor, Jawa Barat. Kegiatan yang dilaksanakan secara back to back dengan kegiatan benchmarking selama 2 hari sebelumnya diikuti oleh Focal Point negara anggota ASEAN untuk surveilans dan laboratorium.
Kepala Pusat Kebijakan Kesehatan Global dan Teknologi Kesehatan (Pusjak KGTK) Bonanza Perwira Taihitu mengatakan bahwa kegiatan ini dilaksanakan sebagai bagian dari tahap persiapan untuk memastikan efisiensi dan efektivitas kegiatan yang dilakukan ACPHEED, khususnya center yang ada di Indonesia terkait Deteksi dan Penilaian Risiko. Dijelaskan Bonanza bahwa landasan kegiatan strategis dan teknis yang direncanakan oleh ACPHEED harus mengacu pada studi kelayakan yang tersedia dan frame work yang telah disetujui, serta informasi berbasis bukti yang diperoleh dari kebutuhan dan harapan negara anggota ASEAN.
“FGD ini bertujuan untuk mendapatkan rekomendasi yang lebih teknis untuk mendefinisikan surveilans, epidemiologi lapangan dan komponen laboratorium ACPHEED serta untuk mengidentifikasi kebutuhan negara anggota ASEAN dalam meningkatkan kemampuan dalam deteksi dan penilaian risiko, memastikan bahwa ACPHEED dapat secara efektif mendukung kegiatan-kegiatan penting ini,” ujar Bonanza pada Rabu (27/11).
Pada kesempatan ini Bonanza mengingatkan kembali pentingnya mempersiapkan diri untuk menghadapi potensi kedaruratan kesehatan yang mungkin terjadi di masa depan. Untuk itu Bonanza menekankan pentingnya kolaborasi regional, kolaborasi para pemangku kepentingan di semua tingkatan untuk mendukung pelaksanaan pemantauan kedaruratan kesehatan masyarakat, dan menetapkan mekanisme berbagi data secara real-time. Bonanza mengharapkan pertemuan ini akan menghasilkan kontribusi yang signifikan, menginisiasi kolaborasi, serta memperkuat jaringan yang sudah ada.
“Wawasan dan rekomendasi yang berharga dari semua peserta akan menjadi masukan penting bagi inisiatif ACPHEED untuk Deteksi dan Penilaian Risiko, bekerja sama dengan pusat-pusat ACPHEED lainnya. Kami percaya bahwa upaya kolektif ini akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap upaya regional dan global yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan terhadap ancaman kesehatan dan pandemi di masa depan,” ujarnya.
Harapan serupa juga diutarakan oleh Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Yudhi Pramono yang turut serta membuka kegiatan FGD. Yudhi berharap diskusi yang dilakukan berjalan lancar dan memberikan hasil yang terbaik untuk masa depan kawasan ASEAN dan generasi yang akan datang.
“Melalui dialog dan kolaborasi yang konstruktif, kita dapat mengambil langkah yang berarti dan integratif untuk mengatasi tantangan global dan mempersiapkan diri menghadapi pandemi di masa depan. Upaya kita untuk meningkatkan kemampuan dan memperkuat ketahanan terhadap ancaman kesehatan melalui pembentukan ACPHEED mungkin tidak dengan berlari cepat, melainkan maraton. Namun kita mengharapkan dapat memberikan hasil yang terbaik untuk masa depan kawasan ASEAN,” ujar Yudhi.
Kegiatan FGD selain diikuti oleh Focal Point seluruh negara anggota ASEAN untuk surveilans dan laboratorium juga dihadiri oleh ASEAN Biodiaspora Virtual Center, ASEAN + 3 Field Epidemiology Training Network, ASEAN One Health Network, ASEAN EOC Network, ASEAN Centre for Biodiversity, ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management, ASEAN Institute for Disaster Health Management, WHO, beberapa Centers for Control and Prevention Disease (CDC) Regional, Timor Leste, dan beberapa negara dialog partner ASEAN. (Penulis Kurniatun Karomah/Edit Timker HDI)