Kemenkes Integrasikan Ratusan Aplikasi Menuju Era SATUSEHAT

225

Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menggelar Pertemuan Koordinasi Pembinaan Wilayah Seri ke-6 untuk mengakselerasi pemanfaatan sistem informasi kesehatan dalam mendukung keberhasilan transformasi kesehatan yang terintegrasi. Pertemuan yang dilakukan secara daring (25/9) dihadiri oleh hampir 300 peserta dari dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota. Pertemuan ini menyoroti urgensi penyatuan ratusan aplikasi kesehatan ke dalam satu platform nasional, SATUSEHAT, guna mendukung keberhasilan transformasi kesehatan.

Acara diawali dengan laporan Sekretaris Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Etik Retno Wiyati. Dalam kesempatan itu, Etik menyatakan bahwa tema ini diangkat karena menjadi isu yang paling sering dikeluhkan oleh pemerintah daerah. “Yang menjadi permasalahan adalah banyaknya sistem informasi yang harus diakses dan diisi oleh teman-teman” ujarnya saat membuka acara. Ia berharap forum ini menjadi ajang untuk menyampaikan kebijakan terkini sekaligus mencari solusi atas tantangan yang ada di lapangan.

Nantinya akan ada strategi-strategi lanjutan terkait topik ini. Setelah pertemuan ini akan ada pertemuan di binwil masing-masing, untuk yang sifatnya lebih teknis.

Kepala BKPK, Prof. Asnawi Abdullah, dalam sambutannya menekankan bahwa setiap data yang dikumpulkan dari berbagai pelosok desa Itu benar-benar bermakna. “Bahwa setiap angka yang kita kirimkan ke kabupaten ke provinsi ke pusat Itu benar-benar bermakna untuk berbagai keperluan kita baik untuk perencanaan dan untuk kebijakan” ungkapnya. 

Baca Juga  Audit Komunikasi untuk Tingkatkan Efektivitas Komunikasi

Prof. Asnawi menyebutkan kebijakan data yang dilakukan bisa melahirkan kebijakan untuk menguatkan sistem kesehatan kita serta membangun fondasi yang kuat agar bangsa ini bisa menjadi negara maju di 2045.

Kepala BKPK mempertanyakan apakah para pemangku kebijakan pernah merasa frustrasi karena harus membuat keputusan tanpa data yang akurat atau mengalokasikan sumber daya seperti obat dan vaksin hanya berdasarkan perkiraan. Menurutnya, kondisi tersebut adalah tanda bahwa kekuatan data belum dimanfaatkan sepenuhnya. 

“Tanpa sistem informasi yang kuat, kita seperti mengemudi di malam gelap tanpa lampu. Kita bergerak, tapi tidak tahu ke mana arahnya” tegas Prof. Asnawi. Ia memimpikan sebuah ekosistem di mana riwayat kesehatan seorang ibu hamil di NTT bisa langsung muncul di layar dokter di Bali karena datanya sudah terintegrasi. Untuk itu, ia mengajak semua pihak untuk mengubah cara pandang secara fundamental. “Mari kita ubah cara pandang kita. Data itu bukan beban administratif, data adalah alat untuk memperjuangkan hak kesehatan rakyat” serunya.

Baca Juga  Empat Program Prioritas Transformasi Pembiayaan Kesehatan

Prof Asnawi mengatakan data yang sudah terintegrasi ini butuh kolaborasi vertikal dan horizontal serta masih ada banyak yang harus di benahi. Banyak aplikasi hanya untuk dilaporkan bukan untuk dipakai untuk merumuskan berbagai kebijakan.

Pada kesempatan baik ini, Kepala BKPK menekankan sangat penting membangun budaya data. “Bukan hanya operator yang paham data, tapi juga kepala dinas, Kepala Puskesmas, kepala rumah sakit, kepala desa sekalipun” jelasnya. Karena keputusan terbaik itu lahir dari data yang dipahami bersama. 

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memperkenalkan platform SATUSEHAT sebagai solusi. Platform ini dirancang untuk mengintegrasikan seluruh data kesehatan, mulai dari rekam medis pasien di berbagai fasilitas kesehatan hingga data logistik obat dan vaksin. “Dengan adanya platform SATUSEHAT, dimana fokusnya adalah untuk mengintegrasikan seluruh proses atau transaksi pelayanan kesehatan yang akan menjadi salah satu solusi fundamental tantangan” jelas Ismail dari Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan. SATUSEHAT mempermudah informasi kesehatan kepada masyarakat termasuk lansia

Ismail menjelaskan dengan SATUSEHAT dilakukan simplifikasi aplikasi untuk meringankan beban di faskes sebagai sumber data utama (SIMPUS/SIMRS), selain masyarakat (SATUSEHAT Mobile) dan tenaga kesehatan (SATUSEHAT IndonesiaKu).

Baca Juga  BKPK Raih Kenaikan Tertinggi dalam Survei Budaya Kerja Kementerian Kesehatan 2025

Saat ini, Ekosistem SATUSEHAT terdiri dari SATUSEHAT Mobile (masyarakat), SATUSEHAT IndonesiaKu (nakes/kader), SATUSEHAT Data (pengambil keputusan), SATUSEHAT Rekam Medis (fasyankes), SATUSEHAT Resep, SATUSEHAT Logistik (Farmalkes), SATUSEHAT Klaim (modul pengelolaan), SATUSEHAT SDMK (SDMK). Seluruh ekosistem ini akan menghubungkan seluruh elemen kesehatan untuk menghasilkan informasi.

SATUSEHAT merupakan platform penghubung ekosistem data Kesehatan dan seluruh sistem dilindungi oleh regulasi nasional.

Salah satu wujud simplifikasi adalah pengembangan SATUSEHAT Logistik yang akan mengintegrasikan puluhan aplikasi di bidang farmasi dan alat kesehatan (farmalkes). Nuni Anindita dari Direktorat Jenderal Farmalkes menjelaskan bahwa langkah ini krusial untuk efisiensi. “Kebutuhan untuk melakukan simplifikasi sistem itu menjadi sangat penting. Untuk manajemen logistik sendiri, simplifikasi yang dilakukan adalah melalui pengembangan Satu Sehat Logistik” papar Nuni. Melalui sistem ini, pemantauan distribusi obat, vaksin, dan perbekalan kesehatan lainnya dapat dilakukan secara real-time dari hulu ke hilir.

Nuni menjelaskan terdapat 37 aplikasi aktif di Ditjen Farmalkes yang perlu disimplifikasi penggunanya, maka dari itu diperlukan integrasi melalui SATUSEHAT untuk mendukung interoperabilitas data nasional dan menjaga kualitas evidence-based policy. (Penulis Fachrudin Ali, Editor: Timker HDI)