ACPHEED: Upaya Memperkuat Kolaborasi ASEAN Dalam Deteksi dan Respons terhadap Kedaruratan Penyakit

74

Bogor– Negara anggota ASEAN telah sepakat untuk mendirikan ASEAN Center for Public Health Emergencies and Emerging Diseases (ACPHEED) yang terdiri dari 3 Center di 3 negara berbeda yaitu Vietnam (Prevention and Preparedness), Indonesia (Detection and Risk Assesment), dan Thailand (Respons). Sebagai persiapan pendirian ACPHEED di Indonesia, Kementerian Kesehatan dan tim leadership berkolaborasi dengan US Centres for Disease Control and Prevention (US CDC) menyelenggarakan kegiatan Benchmarking dan Focus Group Discussion (FGD) pada 25-29 November 2024.

ACPHEED digagas saat penyelenggaraan ASEAN Health Ministers Meeting (AHMM) ke-15 di Bali pada bulan Mei 2022. ACPHEED memiliki visi memperkuat kemampuan kawasan ASEAN sebagai pusat keunggulan dan pusat sumber daya regional. Misi tersebut sejalan dengan kebutuhan mendesak ASEAN untuk memperkuat dan meningkatkan kemampuan dalam mempersiapkan, mendeteksi, dan merespons keadaan darurat kesehatan masyarakat dan penyakit baru yang dapat menjadi pandemic di kawasan ASEAN.

Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah ACPHEED untuk Deteksi dan Penilaian Risiko (Detection and Risk Assesment). Sebagai langkah persiapan, Kementerian Kesehatan membentuk tim leadership and preparatory dengan dukungan teknis dan finansial dari WHO. Tim ini bertujuan untuk mendukung peran Indonesia sebagai tuan rumah ACPHEED untuk Deteksi dan Penilaian Risiko serta mempersiapkan fondasi organisasi dan operasionalisasi ACPHEED.

Baca Juga  Gairah Lomba BKPK Gembira 2024

Sejak Oktober 2023 tim ini telah secara aktif berkolaborasi dengan WHO SEARO dan WHO Indonesia. Selain itu tim ini juga telah menyiapkan dokumen-dokumen strategis seperti teori perubahan, kerangka kerja, rencana kerja dan peta jalan.

Perkembangan terbaru atas persiapan Indonesia sebagai tuan rumah ACPHEED untuk Deteksi dan Penilaian Risiko adalah pengembangan kerangka kerja, organogram, peta jalan lima tahun dan rencana kerja, serta teori perubahan, yang bekerja sama dengan berbagai mitra. Selain itu ada pula usulan pelaksanaan konsultasi mengenai pendefinisian jaringan laboratorium dan komponen pengawasan lokasi.

Untuk memfasilitasi usulan pelaksanaan pertemuan konsultasi mengenai pendefinisian jaringan laboratorium dan komponen surveilans maka diadakan acara Benchmarking dan Focus Group Discussion (FGD). Benchmarking dilakukan dengan organisasi regional di bidang pengendalian penyakit (CDC) serta institusi dan mitra ASEAN yang terkait, sementara FGD dilakukan untuk identifikasi kapasitas dan kebutuhan penguatan kapasitas negara-negara ASEAN serta mendapatkan input untuk penyusunan strategic plan.

Baca Juga  Mengubah Sistem Kesehatan Melalui Pilar Pembiayaan Kesehatan

Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Syarifah Liza Munira yang berkesempatan membuka acara menyampaikan bahwa kegiatan ini mempertemukan para ahli terkemuka dari CDC regional, negara-negara anggota ASEAN dan mitra seperti WHO, untuk berbagi wawasan mengenai bagaimana memajukan kapabilitas kesehatan masyarakat melalui kolaborasi dan inovasi.

Menurut Liza dengan mengeksplorasi struktur dan strategi dari CDC, kawasan ASEAN dapat membangun ACPHEED sebagai pusat keunggulan dan pusat sumber daya regional, dengan memperdalam pemahaman tentang lanskap global dan memandu operasionalisasi yang efektif.

“Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan dokumen komprehensif yang mengkonsolidasikan pengetahuan dan wawasan bersama, memberikan fondasi yang kuat untuk operasional ACPHEED di masa depan. Diskusi yang dilakukan akan berpusat pada jaringan laboratorium, pengawasan, berbagi informasi, analitik, peningkatan kapasitas, dan inovasi untuk meningkatkan deteksi dan penilaian risiko,” ujar Liza pada Senin (25/11).

Baca Juga  Kolaborasi Lintas Sektor ASEAN Mendorong Digitalisasi Kesehatan

Dalam kesempatan ini Liza juga menyampaikan bahwa Indonesia telah mengembangkan jaringan laboratorium yang saling terhubung yang terdiri lebih dari 14.000 fasilitas, termasuk laboratorium klinis, kesehatan masyarakat, rumah sakit, penelitian, dan universitas. Jaringan ini, yang terintegrasi melalui Sistem Informasi SATUSEHAT, telah meningkatkan kemampuan deteksi dini, pengawasan, dan respons, serta menyediakan model untuk memperkuat ketahanan regional.

Liza mengharapkan pertemuan ini membawa hasil yang positif bagi upaya kolektif ASEAN dalam memperkuat ketahanan dalam menghadapi keadaan darurat kesehatan masyarakat dan penyakit baru.

“Mari kita manfaatkan kesempatan ini untuk berbagi secara terbuka, berkolaborasi secara penuh, dan berpikir secara ambisius tentang masa depan. Dengan bekerja sama, kita dapat membangun ASEAN yang lebih sehat dan lebih aman, yang siap untuk mengatasi tantangan kesehatan masyarakat,” pungkas Liza.

Kegiatan Benchmarking dan FGD yang dilaksanakan di Bogor, Jawa Barat ini mengundang perwakilan CDC Regional dan negara-negara anggota ASEAN, Sekretariat ASEAN, organisasi internasional, serta perwakilan Kementerian dan Lembaga terkait di Indonesia. (Penulis Kurniatun Karomah/Edit Pusjak KGTK)