Nganjuk – Dalam rangka percepatan penanganan Stunting, Kementerian Kesehatan RI bersama Komisi IX DPR RI, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk berkolaborasi mengadakan Pertemuan Advokasi dan Sosialisasi (Advosos) Pencegahan Stunting di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Acara yang dilaksanakan di Taman Wisata Cengkok, Kec. Ngronggot ini dihadiri 600 orang warga dari 4 kecamatan (8/12).
Pertemuan dibuka dengan sambutan oleh Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, M. Yahya Zaini yang diwakilkan Tenaga Ahli, Samani Kurniawan. Yahya mengungkapkan permasalahan Stunting masih menjadi masalah utama masyarakat Indonesia, untuk itu harus dilakukan upaya pencegahan untuk menekan prevalensinya.
“Secara nasional, Stunting kita masih di angka 21,5 persen artinya dari 5 orang anak, itu ada 1 yang Stunting, khusus di Kabupaten Nganjuk itu ada di 17 persen. Mudah-mudahan kita bisa menurunkan angka tersebut supaya tingkat kecerdasan, kesehatan, gizi masyarakat menjadi semakin baik” ujar Samani.
Plt. Kepala Pusat Kebijakan Upaya Kesehatan, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan, Dwi Puspasari hadir mewakili Kementerian Kesehatan mengawali paparannya dengan perlunya bekerja bersama-sama mencegah Stunting.
“Untuk menjalankan program ini nggak bisa sendiri, jadi harus rame-rame semuanya tahu dulu tentang program ini, apa yang bisa dikerjakan bersama saling bahu membahu dengan Dinas Kesehatan, BKKBN dengan perangkat desa dan Kemenkes secara umum.” tutur Puspa.
Kemudian Puspa mengungkapkan pentingnya pencegahan Stunting untuk menjamin kualitas sumber daya manusia mendatang yang lebih baik.
“Kita akan mengalami bonus demografi yaitu usia produktif angkatan kerja di tahun 2030 sampai 2040. Jadi kita ingin agar kualitas manusia Indonesia unggul dan kita bisa bersaing dengan negara maju, berdiri di kaki sendiri menuju Indonesia Emas di tahun 2045” lanjut Puspa.
Untuk itu, Puspa mengatakan pentingnya edukasi untuk mencegah Stunting sejak usia remaja melalui skrining anemia dan minum tablet tambah darah (TTD) dan juga menekankan pentingnya ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan selama 6 kali di Puskesmas.
“Karena kondisi ibu yang sekarang sedang hamil, 10 atau 15 tahun lalu saat remaja mungkin mengalami kondisi kurang gizi ataupun anemia yang akan mempengaruhi perkembangan janin, karenanya penting selama kehamilan datang pemeriksaan 6 (enam) kali yang didalamnya ada 2 (dua) kali dengan pemeriksaan Ultrasonografi (USG) oleh dokter di Puskesmas” imbuhnya.
Hadir dalam pertemuan, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk, Muhammad Ikram menghimbau masyarakat agar rutin datang ke Posyandu.
“Mendorong bapak-bapak agar mengantarkan ibu-ibunya ke Posyandu karena menurut data di Kabupaten Nganjuk baru mencapai 80 persen dimana dari 5200 balita, 4000 yang datang ke posyandu, ini masih dibawah target nasional 95 persen. Artinya Ini bisa berdampak buruk terhadap pencegahan Stunting di Nganjuk” ungkap Ikram.
Ikram menambahkan bahwa stunting dapat dicegah dengan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan kepada balita tanpa memberikan “lotek pisang” yang menjadi budaya nenek moyang, pemberian makanan pendamping ASI, pengukuran tumbuh kembang secara rutin dan tidak lupa juga menjaga kebersihan lingkungan dan mencuci tangan menggunakan sabun.
Ikram kemudian menjelaskan Program Posyandu ILP (Integrasi Layanan Primer) yang mengintegrasikan pelaksanaan posyandu dan tidak hanya mengurus bidang Kesehatan, tetapi juga bidang Sosial, Perumahan Rakyat, Pendidikan, Pekerjaan Umum dan Trantibum Linmas.
“Sekarang ada program Posyandu ILP, posyandu balita bersamaan pelaksanaannya dengan posyandu Penyakit Tidak Menular (PTM) dan lansia. Jadi jangan malu, bapak-bapak juga bisa datang ke Posyandu sambil datang mengantarkan ibu-ibunya bawa balita” tutup pria yang akrab dipanggil Ketut ini. (Penulis Ahdiyat)