
Jakarta – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bersama Kementerian Luar Negeri menerima kunjungan konsultatif dari Tim European Union Chemical, Biological, Radiological, and Nuclear (EU CBRN) Project 98 (25-27/8) di Jakarta. Kegiatan ini merupakan bagian dari kerja sama teknis lintas sektor yang bersifat sukarela dan berbasis kebutuhan (needs-based), dengan tujuan utama memperkuat kapasitas nasional dalam kesiapsiagaan dan respons medis terhadap insiden CBRN.
Kegiatan dimulai dengan Orientation Meeting dan diskusi lintas sektor yang diselenggarakan di Ruang Siwabessy, Gedung Sujudi, Kementerian Kesehatan. Pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Luar Negeri, Delegasi Uni Eropa, dan Tim Project 98, serta institusi nasional yang memiliki peran strategis dalam penanganan insiden CBRN, yaitu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Tentara Nasional Indonesia (TNI AD), Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta. Masing-masing institusi menyampaikan paparan mengenai struktur, kapasitas, dan peran mereka dalam sistem kesiapsiagaan nasional.
Selama tiga hari, Tim EU CBRN bersama perwakilan Kementerian dan Lembaga terkait melakukan kunjungan lapangan ke sejumlah fasilitas strategis, antara lain Pusat Krisis Kesehatan dan Health Emergency Operation Center (HEOC), Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan serta Public Health Emergency Operation Center (PHEOC), Balai Besar Laboratorium Biologi Kesehatan (BB Labbiokes), RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Jakarta, Kampus Cilandak, dan RSUP Fatmawati. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesenjangan kapasitas, kebutuhan pelatihan, serta potensi pengembangan kurikulum nasional untuk Master of Trainers CBRN.

RSUP Fatmawati diposisikan sebagai calon custodian kurikulum pelatihan Project 98, dengan harapan pelatihan dapat diintegrasikan ke dalam sistem Continuing Professional Development (CPD) nasional. Kunjungan ini menghasilkan sejumlah rekomendasi strategis, seperti pengembangan kurikulum pelatihan lintas sektor, integrasi modul CBRN ke dalam pelatihan epidemiologi dan FETP nasional, penguatan peran PHEOC sebagai pusat komando krisis kesehatan, serta peningkatan kapasitas laboratorium dan pelatihan berbasis simulasi.
Selain itu kunjungan ini juga menghasilkan rencana tindak lanjut untuk pelaksanaan pelatihan Train-the-Trainer pada tahun 2026–2027, dengan dukungan penuh dari Tim EU CBRN dalam bentuk pengembangan bahan ajar, pendampingan teknis, dan penyediaan peralatan medis darurat. Kementerian Kesehatan menyampaikan apresiasi atas dukungan Uni Eropa melalui Project 98 dan kerja sama erat dengan Kementerian Luar Negeri sebagai National Focal Point. Diharapkan kolaborasi ini dapat terus berlanjut dalam bentuk pelatihan, riset kebijakan, dan penguatan sistem kesehatan nasional yang tangguh terhadap ancaman CBRN. (Penulis: Edi Purwanto, Pusjak Strategi dan Tata Kelola Kesehatan Global, Editor: Timker HDI)








