Jakarta– Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) menyeleggarakan Workshop Pemanfaatan Data Global Burden of Disease (GBD) Tahun 2021, pada Rabu 11 September 2024 di Jakarta . IHME adalah organisasi penelitian kesehatan global dan independen, berbasis di University of Washington School of Medicine, yang melakukan pengukuran yang teliti dan komparatif atas masalah-masalah kesehatan dan mengevaluasi strategi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Tahun 2019, IHME pernah berkolaborasi dengan Badan Litbangkes Kemenkes dan menghasilkan prakiraan GBD untuk 34 provinsi Indonesia.
Studi GBD merupakan upaya ilmiah untuk secara sistematis mengukur dampak berbagai penyakit utama, faktor risiko, dan hasil klinis. Pada GBD 2021, prakiraan dilakukan setiap tahun sejak 1990 hingga 2019 untuk 371 penyakit dan cedera, serta 3.499 hasil klinis terkait, mencakup 204 negara dan wilayah, termasuk tingkat subnasional di 21 negara.
Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Syarifah Liza Munira, dalam sambutannya menyatakan bahwa kerja sama dengan IHME merupakan langkah strategis yang akan memungkinkan untuk memanfaatkan data global yang komprehensif guna menyusun dan melaksanakan program-program kesehatan yang lebih efektif dan tepat sasaran di Indonesia. Diyakini Liza bahwa kolaborasi ini akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam memperkuat perencanaan dan implementasi kebijakan kesehatan di Indonesia.
“Perencanaan program kesehatan yang baik memerlukan data yang akurat dan relevan. Dengan adanya data dari Global Burden of Disease, diharapkan kita dapat memahami lebih dalam tentang beban penyakit dan masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat, serta merancang intervensi yang tepat sasaran,” jelas Liza.
Oleh karena itu, Liza mengharapkan peserta workshop, khususnya dari daerah dapat memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk belajar langsung dari tim IHME yang juga diperkuat oleh tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI). Menurut Liza, kesempatan ini dapat dijadikan ajang untuk bertukar pengetahuan, mendiskusikan tantangan yang ditemui masing-masing daerah, serta memperkuat kapasitas pemerintah daerah dalam merancang program-program kesehatan yang responsif dan berbasis bukti.
“Kami berharap hasil dari workshop ini tidak hanya memperkaya pengetahuan kita tetapi juga meningkatkan keterampilan dalam menganalisis dan menggunakan data untuk perencanaan kesehatan,” ujar Liza.
Workshop yang diadakan secara luring dan daring ini menghadirkan sesi panel yang terdiri dari 3 Pembicara, yaitu: Direktur IHME Dr Christopher Murray yang membahas GBD untuk kebijakan dan program kesehatan berbasis bukti, Pakar FKMUI Dr Iwan Ariawan yang membahas bagaimana menerjemahkan beban penyakit ke dalam kebijakan kesehatan mental di Indonesia, dan Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta drg. Nuniek Ria Sundari, MARS, yang berbagi cerita dari pemanfaatan GBD di level provinsi.
Workshop mengundang sejumlah Kementerian/Lembaga terkait, WHO Indonesia, Kepala Dinas Kesehatan di seluruh Indonesia serta akademisi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) di Universitas seluruh Indonesia. (Kurniatun Karomah/Hardini Kusumadew/Edit Timker HDI)