
Jakarta – Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan (BKPK) mencatatkan peningkatan tertinggi dalam hasil survei budaya kerja Kementerian Kesehatan tahun 2025. Hasil ini disampaikan oleh Dwi Meilani Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur (P2KA) Kementerian Kesehatan dalam Kegiatan Pendampingan Penyampaian Hasil Survei Pulse Check Kemenkes Tahun 2025 yang digelar di Kantor BKPK, Jakarta, pada Kamis (30/10). Survei tersebut dilakukan oleh P2KA bekerja sama dengan BKPK, Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia, Pusat Data dan Teknologi Informasi, Biro Komunikasi dan Informasi Publik dan Pusat Sistem dan Strategi Kesehatan. Tujuannya adalah untuk memantau sejauh mana penerapan nilai-nilai budaya kerja dan tingkat engagement pegawai di seluruh unit kerja Kementerian Kesehatan.
“Survei ini merupakan kegiatan rutin, namun tahun 2025 kami perluas sasarannya agar lebih komprehensif dalam memotret implementasi budaya kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan,” kata Dwi dalam paparannya.
Survei dilaksanakan pada 7-18 Juli 2025, dilanjutkan dengan forum diskusi kelompok (FGD) pada Agustus, dan hasilnya diumumkan pada awal September. Metode yang digunakan memadukan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan melibatkan ribuan responden dari berbagai unit utama.
Secara nasional, nilai rata-rata budaya kerja Kemenkes tahun 2025 mendapatkan skor 3,42 meningkat dari skor 3,26 pada tahun 2024.
Dari total 348 pegawai BKPK, sebanyak 219 pegawai (63%) berpartisipasi dalam survei ini, menempatkan BKPK di posisi lima besar unit kerja dengan tingkat keikutsertaan tertinggi di Kementerian Kesehatan.
Dwi menjelaskan bahwa meski secara keseluruhan BKPK belum menjadi yang tertinggi dalam skor akhir, peningkatan nilainya merupakan yang paling signifikan dibandingkan unit lain. “Kenaikan nilai BKPK adalah yang tertinggi di antara seluruh unit utama yaitu 3,08% pada tahun 2024 menjadi 3,30% pada tahun 2025, terjadi kenaikan 0.22%. Ini menunjukkan adanya perubahan positif yang sangat nyata,” ujarnya.
Hasil membanggakan dicapai oleh Pusat Kebijakan Sistem Ketahanan Kesehatan yaitu peringkat pertama dari seluruh unit utama Kemenkes untuk indikator employee engagement dan peringkat ke-3 untuk total skor.
Untuk meningkatkan hasil di masa mendatang, Dwi menyampaikan sejumlah rekomendasi, di antaranya penerapan dialog kepemimpinan berjenjang, peningkatan apresiasi terhadap kinerja pegawai, serta pelaksanaan survei umpan balik (post-feedback) secara berkala. “Kami ingin budaya keterbukaan, penghargaan, dan komunikasi dua arah antara pimpinan dan staf menjadi bagian dari keseharian kerja. Hal itu terbukti berpengaruh besar terhadap peningkatan skor budaya kerja,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya mengadopsi digitalisasi dan kolaborasi antar unit sebagai bagian dari transformasi budaya kerja di lingkungan Kemenkes.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BKPK Prof. Asnawi Abdullah menekankan bahwa perubahan budaya kerja merupakan elemen penting dalam mendukung enam pilar transformasi kesehatan yang dicanangkan Kementerian Kesehatan. “Budaya kerja memang tidak tertulis dalam enam pilar transformasi, tetapi menjadi inti yang tersirat di dalamnya. Tanpa perubahan budaya organisasi, transformasi tidak akan berjalan,” kata Prof. Asnawi.
Menurutnya, BKPK sebagai think tank Kemenkes memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan perubahan perilaku kerja, semangat kolaborasi, dan pola pikir adaptif di setiap lini organisasi. Ia juga menekankan pentingnya membangun engagement antar pegawai dan pimpinan.
“Kami membuka ruang komunikasi seluas-luasnya. Siapa pun boleh datang berdiskusi langsung. Keterbukaan dan kebersamaan adalah kunci agar nilai budaya kerja bisa tumbuh,” tegasnya.
Selain itu, Prof. Asnawi mengajak seluruh unit kerja di BKPK menjadikan peningkatan skor budaya kerja sebagai tolok ukur keberhasilan internal, bukan sekadar capaian angka. Ia menegaskan bahwa perubahan perilaku kerja, rasa ingin belajar, dan semangat digitalisasi harus menjadi kebiasaan baru di lingkungan BKPK.
“Kita tidak perlu menjadi juara dari sisi peringkat, tetapi dari sisi perubahan. Jika setiap hari kita bisa belajar hal baru, maka kita sudah menang,” katanya.
Sekretaris BKPK, Etik Retno Wiyati menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari survei budaya kerja yang dilakukan sepanjang 2025 untuk mengevaluasi implementasi nilai-nilai budaya kerja di lingkungan BKPK. Ia menegaskan, kegiatan ini penting sebagai refleksi agar setiap unit kerja dapat memperbaiki kinerja dan memperkuat semangat kolaborasi.
“Kami bersyukur dapat berkumpul untuk mencermati hasil survei budaya kerja. Hasil ini menjadi bahan evaluasi bersama agar setiap pegawai bisa memperbaiki cara kerja dan berkontribusi lebih baik bagi organisasi,” ujar Etik dalam sambutannya.
Ia menambahkan, BKPK mencatat peningkatan skor budaya kerja dari tahun sebelumnya. Meskipun masih di bawah beberapa unit lain di Kementerian Kesehatan, kenaikan tersebut dianggap sebagai sinyal positif terhadap perubahan internal (Penulis: Fachrudin Ali, Editor Timker OSDM dan Timker HDI).








