Forum Global Ke-2 Eliminasi Kanker Serviks: Komitmen Nyata Menuju Eliminasi Kanker Serviks

15

Nusa Dua – Kanker serviks hingga saat ini masih menjadi salah satu penyebab utama kematian pada perempuan, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Berdasarkan data WHO, lebih dari 340.000 perempuan meninggal setiap tahun akibat kanker serviks, dengan sekitar 90% di antaranya terjadi di negara-negara berkembang. Di Indonesia, laporan Globocan 2020 menunjukkan terdapat lebih dari 36.000 kasus baru dan lebih dari 21.000 kematian per tahun akibat kanker serviks. Padahal, kanker ini merupakan salah satu jenis kanker yang paling bisa dicegah dan disembuhkan apabila dideteksi dan ditangani secara dini.

Sebagai bentuk tanggapan atas beban penyakit ini, WHO telah meluncurkan Strategi Global Eliminasi Kanker Serviks dengan tiga pilar utama: pertama, 90% anak perempuan di bawah usia 15 tahun mendapatkan vaksinasi HPV; kedua, 70% perempuan menjalani skrining kanker serviks dua kali seumur hidup menggunakan metode berbasis HPV DNA; dan ketiga, 90% perempuan yang terdiagnosis lesi pra-kanker dan kanker mendapatkan pengobatan yang tepat. Target ambisius ini diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030 dan secara bertahap menurunkan angka kejadian kanker serviks hingga kurang dari empat kasus per 100.000 perempuan per tahun.

Tahun ini Indonesia menjadi tuan rumah Forum Global ke-2 Eliminasi Kanker Serviks (Global Cervical Cancer Elimination Forum) yang diselenggarakan di Bali pada 17-19 Juni 2025. Forum ini terselenggara oleh Kementerian Kesehatan Indonesia, Spanyol, Australia, dan Afrika Selatan bekerjasama dengan Gavi the Vaccine Alliance, Unitaid, UNICEF, WHO, Bank Dunia, The Global Financing Facility (GFF), dan The Gates Foundation.  

Baca Juga  Kehadiran Negara memberi Pelayanan Pada Rakyat Indonesia Lewat RUU Kesehatan

Forum ini menjadi wadah bagi komitmen baru dan yang sudah ada untuk memajukan agenda eliminasi kanker serviks yang bertujuan untuk mempercepat 1) pencapaian SDG3, yaitu mengurangi angka kejadian dan kematian akibat kanker hingga sepertiga pada tahun 2030 dan 2) target 90-70-90 dalam Strategi Global WHO untuk Percepatan Eliminasi Kanker Serviks pada tahun 2030.

Forum dibuka oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gi Sadikin, dan dihadiri oleh Menteri Kesehatan Fiji, Timor Leste, Vanuatu, Rwanda, Kiribati, Papua Nugini, Solomon Islands, Wakil Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Costa Rica, dan Paraguay. Selain itu peserta yang hadir di forum adalah para pemegang program kesehatan terkait pencegahan dan pengobatan kanker serviks, perwakilan tingkat tinggi dari Gavi, WHO, Bank Dunia, GFF, UNICEF, The Gates Foundation, Unitaid, akademisi, organisasi masyarakat sipil, pemimpin agama, aktivis, media, dan organisasi sektor swasta yang terkait dengan pencegahan, diagnostik, dan pengobatan kanker serviks.

Baca Juga  Kemenkes Sosialisasikan GERMAS dan Bahaya Penggunaan Antibiotik yang Tidak Tepat

Topik diskusi dan sharing pengalaman oleh para nara sumber meliputi tinjauan bukti eliminasi kanker serviks dan strategi eliminasi kanker serviks di tingkat global, target dan komitmen; memajukan strategi eliminasi melalui advokasi; vaksinasi HPV; skrining,  perawatan penderita kanker serviks; serta peranan sektor swasta dan komunitas.

Dalam forum ini, Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya untuk mengadopsi dan memperluas strategi tersebut ke dalam sistem kesehatan nasional. Menkes Budi, dalam pidato pembukaannya, menekankan bahwa eliminasi kanker serviks bukanlah mimpi yang mustahil, tetapi sebuah keniscayaan yang bisa diwujudkan dengan kemauan politik, pembiayaan yang adil, serta kolaborasi lintas sektor dan lintas negara. Budi menyampaikan, “Kanker serviks adalah jenis kanker dengan jumlah kasus dan kematian nomor dua, setelah kanker payudara, bagi perempuan Indonesia. Kita tidak boleh menunggu 10 atau 15 tahun lagi untuk bertindak. Dengan vaksin, skrining, dan kemajuan terapi yang sudah tersedia, kita dapat menyelamatkan jutaan jiwa — jika kita bertindak sekarang.”

Indonesia telah mengintegrasikan vaksinasi HPV ke dalam program imunisasi rutin nasional dan kini tengah menjajaki penerapan pemberian satu dosis vaksin, sesuai rekomendasi WHO terbaru yang menyebutkan bahwa satu dosis sudah cukup memberikan perlindungan jangka panjang. Selain itu, Indonesia juga mulai memperluas akses skrining dengan metode HPV DNA dan mendorong pendekatan self-sampling untuk menjangkau perempuan di wilayah terpencil.

Baca Juga  Mewujudkan Transformasi Kesehatan Mencapai Indonesia Maju

Melalui forum ini, Indonesia menunjukkan kepemimpinannya tidak hanya sebagai tuan rumah, tetapi juga sebagai negara yang siap bertransformasi dalam sistem deteksi dan penanggulangan kanker serviks. Forum ini juga memperkuat posisi Indonesia di kancah global sebagai mitra strategis dalam agenda kesehatan perempuan. Hasil-hasil dari forum ini akan dirumuskan menjadi rencana aksi nasional dan menjadi landasan untuk kolaborasi lebih lanjut dengan mitra global, baik dari sisi pendanaan, teknologi, maupun advokasi kebijakan.

Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak dan semangat gotong royong, Indonesia menatap masa depan tanpa kanker serviks. Seperti yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan RI dalam forum ini, “Eliminasi kanker serviks bukan lagi sebuah wacana, tapi panggilan nyata untuk menyelamatkan perempuan Indonesia. Kita tidak sedang memulai dari nol. Kita hanya perlu mempercepat langkah, menajamkan strategi, dan memastikan bahwa tidak ada satu perempuan pun tertinggal dari perlindungan yang seharusnya ia dapatkan.”

Forum ini telah menyalakan api semangat baru, dan Indonesia siap menjadi pelopor dalam perjuangan global untuk menyelamatkan jutaan perempuan dari ancaman kanker serviks. (Penulis: Karyana dan Ida, Editor: Timker Kerjasama Regional dan Timker HDI)