Wamenkes Dante Dorong Harmoni Kemitraan Percepat Transformasi Kesehatan

29

Jakarta– Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono menegaskan pentingnya penguatan kemitraan lintas sektor untuk mempercepat transformasi kesehatan nasional. Hal itu diungkapkannya dalam pembukaan Thematic Side Events the 3rd Indonesia Health Partners Meeting 2025 sebagai rangkaian acara Health Innovation Festival (HAI-Fest) 2025 dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-61 di Kartika Expo Balai Kartini, Jakarta pada Senin (8/12/2025).

Wamenkes Dante menyampaikan pertemuan tersebut merupakan forum utama pemerintah untuk mempertemukan para mitra pembangunan, pemangku kepentingan nasional, serta ekosistem kesehatan sebagai penguatan koordinasi dan keselarasan dalam mendukung agenda transformasi kesehatan Indonesia. Menurut Dante, pembangunan kesehatan yang berkelanjutan dapat dicapai melalui kemitraan yang kuat, strategi yang selaras, serta tanggung jawab bersama antara pemerintah, mitra pembangunan, dan sektor swasta.

“Kita berada pada momentum penting ketika prioritas kesehatan global terus berubah akibat dinamika geopolitik, perkembangan pembiayaan pembangunan, serta meningkatnya keterlibatan sektor swasta. Bagi Indonesia, hal ini menghadirkan peluang sekaligus tanggung jawab,” tegas Dante.

Baca Juga  Penting Peran Tenaga Rekam Medis Bagi Masyarakat

Ia menekankan Indonesia perlu terus memperkuat kapasitas domestik, mendiversifikasi model pembiayaan, serta meningkatkan akuntabilitas, sembari memastikan bahwa seluruh upaya reformasi tetap selaras dengan komitmen global. Dalam konteks itu, peran para mitra pembangunan disebutnya menjadi faktor yang tidak tergantikan dalam memperkuat layanan kesehatan primer, meningkatkan ketahanan kesehatan, memperluas transformasi digital, serta meningkatkan mutu pelayanan esensial bagi masyarakat.

Dante menjelaskan, The 3rd Indonesia Health Partners Meeting memiliki tiga tujuan utama, yakni menegaskan kembali visi bersama dalam percepatan transformasi kesehatan, merefleksikan kemajuan serta praktik terbaik dari berbagai inisiatif kolaboratif, sekaligus memperkuat arsitektur kemitraan agar tetap berorientasi ke depan, selaras, dan berdampak nyata.

Selain penguatan kemitraan, pemerintah juga mencatat sejumlah capaian utama transformasi kesehatan, antara lain semakin kuatnya layanan kesehatan primer dalam deteksi dini penyakit dan perluasan akses layanan ke masyarakat, meningkatnya jangkauan rumah sakit dan tenaga kesehatan, membaiknya ketahanan kesehatan melalui ketersediaan obat dan vaksin, serta percepatan transformasi digital agar layanan kesehatan semakin terhubung dan mudah diakses.

Baca Juga  Memaknai HKN ke-61: BKPK Dorong Transformasi Hidup Sehat Untuk Kualitas Hidup Lebih Baik

“Indonesia tetap berkomitmen membangun lingkungan kolaboratif yang mendorong tumbuhnya inovasi, memperkuat kemitraan, dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Sistem kesehatan yang kita bangun harus mampu melindungi masyarakat sekaligus berkontribusi pada ketahanan kesehatan global,” ujar Dante.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan (BKPK Kemenkes), Prof. Asnawi Abdullah, memaparkan tiga usulan program yang disusun berbasis bukti. Ketiga program tersebut meliputi penguatan layanan kateterisasi jantung dan stroke berbasis kesetaraan melalui inisiatif Golden Hours Equity, pengembangan beban penyakit nasional Indonesia sebagai dasar kebijakan berbasis data, serta kebijakan suplementasi multi-mikronutrien untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.

Program Golden Hours Equity diarahkan untuk menjawab ketimpangan akses layanan kateterisasi yang saat ini masih terkonsentrasi di kota-kota besar. Data menunjukkan, dari seluruh kabupaten dan kota di Indonesia, baru sekitar 25 daerah yang memiliki fasilitas cathlab. Padahal, penyakit kardiovaskular dan stroke masih menjadi penyebab kematian utama di Indonesia.

Baca Juga  Upacara Tabur Bunga Peringatan HKN Ke-61 di Makam Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih

Sementara itu, pengembangan beban penyakit nasional Indonesia bertujuan menggeser perencanaan kesehatan yang selama ini bersifat jangka pendek dan reaktif menjadi lebih berbasis data serta proyeksi jangka panjang hingga 10–20 tahun ke depan. Adapun kebijakan suplementasi multi-mikronutrien disiapkan sebagai pengganti tablet zat besi bagi ibu hamil yang saat ini masih diuji coba di 15 provinsi.

Melalui pemaparan ini, Asnawi berharap para mitra pembangunan dapat mendukung pendanaan, keahlian teknis, serta kolaborasi riset guna memastikan kebijakan kesehatan Indonesia benar-benar berbasis bukti, tepat sasaran, dan berkelanjutan.

Pada side event ini setiap unit utama Kemenkes juga memaparkan program prioritas masing-masing yang diusulkan untuk mendapatkan dukungan dana dari mitra pembangunan. (Penulis: Fachrudin Ali, Editor: Pusjak STKKG)